Mengenal Wayang Bima : Asal Usul, Karakter Dan Filosofinya

Diposting pada

Wayang bima. Nama lain dari bima adalah Werkudara. Werkudara merupakan bagian dari Pandawa lima. Saat masih muda, Bima memiliki nama Bratasena. Bima merupakan anak kedua dari Prabu Pandu Dewanata yang merupakan raja Hastinapura dengan Dewi Kunti. Menurut cerita, Werkudara adalah titisan dari Batara Bayu atau Dewa Angin. Maka wajar apabila ia berlari membawa suara angin. Dasanama nya raden Werkudara adalah Bratasena, Bimasena, Haryasena, Jagal Abilawa, Bayusiwi, Jayalaya, Prabanconosiwi, Kusumadilaya. Bima atau Werkudara satria di Jodhipati.

Asal Usul Bima

Menurut cerita, ketika lahir raden bima berupa bayi bungkus yaitu masih dibungkus selaput tipis yang tidak bisa disobek dengan senjata apapun. Dan akhimya daging tersebut berubah dan berbentuk bola yang terus menggelinding. Keluarganya pun juga mengikuti ke arah mana bola daging tersebut menggelinding, termasuk Batara Kresna.

Dan akhirnya bayi bungkus Bima tersebut bertemu dengan seekor gajah yang bernama Gajah Sena. Bungkus daging tersebur dibuat mainan oleh Gajah Sena. Bola daging tersebut semakin lama semakin mengasyikan sekaligus menjengkelkan. Karena daging tersebut tidak pecah dan malah berani terhadap Gajah Sena. Tak sengaja bayi bungkus Bima terkena gading Gajah Sena dan akhirnya pecah. Dan bayi Bimasena akhirnya bisa keluar dan lahir.

Ketika bayi Bima keluar, Gajah Sena malah menginjak injak bayi tersebut. Keluarga sangat khawatir tak terkecuali Ayah dan Ibunya. Namun oleh Batara Kresna dinasehati kedua orang tuanya tersebut. Agar tidak menghardik Gajah Sena Tersebut. Anaehnya bayi yang diinjak injak Gajah Sena tersebut tidak mati malah semakin besar dan tumbuh menjadi seorang remaja yang gagah perkasa, berbadan tegap serta tinggi besar.

Setelah bayi Bima menjadi remaja yang gagah perkasa lalu Gajah Sena itu pun dilawannya. Dan ketika Gajah Sena terkena kukunya Bima, Gajah Sena langsung mati. Karena peristiwa itu kuku tersebut menjadi senjatanya Bima dengan sebutan Kuku Pancanaka. Dan sukma dari Gajah Sena tersebut menyatu pada diri Bima. Setelah itu Bima bertemu dengan kedua orang tuanya. Karena peristiwa perlawanan tersebut Bima diberi nama Bratasena.

Watak dan Sifat Bima

Menurut cerita, Bima tidak dapat berbicara dengan halus dan tata krama kepada siapa saja, kecuali dengan Dewa Ruci. Kepada siapa saja Bima berbicara ngoko. Meskipun begitu dalam diri Bima mempunyai watak ksatria, gemar menolong, cinta kasih kepada sesama, berbakti kepada kedua orang tua maupun saudara dan guru. Selain itu Bima memiliki sifat teguh dalam prinsip, selalu menepati janji, suka menolong dan juga menegakkan keadilan serta memberantas angkara murka.

Watak setia dan berbakti kepada guru pernah ia tunjukkan ketika ia diutus oleh gurunya yang bernama Pandita Durna untuk mencari air Perwitasari. Walaupun di tengah hutan dan di dalam samudra yang penuh dengan rintangan dan tantangan bahkan membahayakan jiwanya, Bima pun tetap melaksanakannya. Padahal Pandita Durna memiliki niat untuk menjerumuskan Bima dalam bahaya agar mati dalam melaksanakan tugas tersebut. Akan tetapi Bima tetap berbakti kepada gurunya. Dan akhirnya sang Maha Kuasa memberikan pertolongan kepadanya. Akhirnya Ia bertemu dengan Dewa Ruci di tengah samudra. Oleh Dewa Ruci, Bima dididik bagaimana hakikat hidup yang sebenarnya. Dan bahkan Bima menjadi satu satunya tokoh yang paham akan sangkan paraning dumadi yang artinya asal muasal kehidupan, dan bagaimana harus hidup, dan kembali setelah hidup.

Selain itu dia juga berbakti kepada ibunya. Buktinya ketika perang Baratayuda, ia memenuhi sumpah ibunya Kunti, untuk bisa keramas dengan darah Dursasana dan kepalanya dijadikan kesed atau alas kaki setelah Dursasana kalahkan oleh Bima. Sedangkan baktinya Bima kepada saudaranya, dibuktikan dengan mengalahkan musuh musuhnya, seperti: Sangkuni, Duryudana, dan Dursasana yang menjadi lambang kejahatan keluarga Kurawa.

Setelah perang Baratayudha usai, Bima dan keempat saudaranya mengembara dan berkelana. Dan akhirnya Bima mengembuskan nafas terakhirnya di gurun pasir.

Hal lain tentang Wayang Bima

Bima mempunyai 3 istri, yang bernama Dewi Nagagini, Dewi Arimbi, dan Dewi Urangayu. Dengan Dewi Nagagini Bima memperoleh putra yang bernama Raden Antareja. Sedangkan dengan Dewi Arimbi, Bima memperoleh putra yang bernama Raden Gatutkaca. Dan dengan Dewi Urangayu memiliki seorang putra dan diberi nama Raden Antasena.

Selain hal itu yang patut diketahui yakni Bima atau Werkudara merupakan Satriya di Jodhipati. Bima mempunyai senjata atau gaman yang bernama Kuku Pancanaka, Gada Rujakpolo dan juga Lambitamuka. Selain itu Bima juga mempunyai Ajian Bandung Bandawasa. Ungkal Bener, Blabak Pengantol-antol, dan juga Bayu Bajra.

Untuk mengenal gambar wayang Bima atau Werkudara. Berikut ini kami bagikan Gambar wayang Bima atau Gambar Wayang Werkudara.

Wayang Bima Muda atau Bratasena Bratasena atau Bima muda

 

Gambar wayang Werkudara Werkudara

Filosofi dari Tokoh Wayang Bima

Dari cerita tokoh Bima ini mengajarkan kita tentang:

a. Mempunyai watak ksatria, berani menegakkan keadilan, berbudi pekerti lulur, jujur, suka menolong dan juga bijaksana.

b. Harus berbakti kepada orang tua, saudara, maupun dengan guru kita.

c. Mencintai saudara, keluarga dan sesama.

Rangkuman:

a. Dasanama Bima utawa werkudara yaiku : Bratasena, Bimasena, Haryasena, Jagal Abilawa, Bayusiwi, Jayalaya, Prabanconosiwi, Kusumadilaya.

b. Werkudara satriya ing Jodhipati.

c. Gamane Raden Werkudara yaiku Kuku Pancanaka, Gada Rujakpolo lan Lambitamuka.

d. Garwane Werkudara yaiku Dewi Nagagini, Dewi Arimbi, dan Dewi Urangayu.

e. Anake Werkudara yaiku

Mungkin hanya ini yang bisa kita bahas pada kesempatan kali ini. Mudah mudahan pembahan kita ini bermanfaat dan kita bisa memetik pelajaran dari tokoh wayang bima ini.